- Meskipun manusia adalah makhluk yang tidak sempurna dan penuh kesalahan, namun Islam mengategorikan manusia sebagai makhluk paling mulia di muka bumi, serta lebih tinggi derajatnya dibandingkan makhluk-makhluk Allah SWT lainnya. Kemuliaan derajat manusia ini karena ia dibekali keistimewaan ilmu pengetahuan, kepandaian bahasa al-bayan, rasio akal, serta tamyiz, kemampuan membedakan hal baik dan buruk, sebagaimana dinyatakan Muh. Dawang dalam Kemuliaan Manusia dalam Al-Quran 2011. Makhluk-makhluk lainnya, seperti binatang tidak memiliki kemampuan kompleks di atas, bahkan malaikat pun dianggap lebih rendah posisinya dibandingkan manusia. Sebab, malaikat tidak bersifat tamyiz. Malaikat hanya patuh pada Allah SWT dan tidak memiliki pilihan untuk melakukan maksiat. Pilihan dan kesadaran terhadap yang benar hak dan yang salah batil inilah yang merupakan keistimewaan terbesar pada diri manusia. Namun, jika manusia tidak bisa memanfaatkan keistimewaan ini, maka derajatnya akan direndahkan serendah-rendahnya, bahkan lebih dari binatang. Sementara itu, jika ia berhasil mengendalikan hawa nafsu dan kesadarannya, maka manusia akan memperoleh ganjaran derajat paling tinggi di sisi Allah SWT. Berikut ini beberapa bukti kemuliaan manusia yang diajarkan Islam beserta dalilnya dalam Al-Quran. 1. Manusia dikaruniai pengetahuanSebagaimana dijabarkan dalam surah Al-Baqarah ayat 30, Allah menyampaikan gagasannya kepada para malaikat bahwasanya ia akan menciptakan manusia. Lantas, para malaikat bertanya kepada Allah SWT, untuk apa ia menciptakan manusia yang akan berbuat kerusakan dan saling menumpahkan darah. Allah kemudian menyatakan bahwa manusia dikaruniai pengetahuan. Dengan demikian, mereka tidak selamanya akan berbuat kerusakan dan pertumpahan darah, melainkan punya pilihan untuk melakukan kebaikan memakmurkan bumi atau menghancurkannya. Pengetahuan yang dikaruniakan Allah SWT ini dijelaskan dalam ayat berikutnya, terutama ketika Allah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada Adam AS. Hal ini merupakan kemuliaan pertama yang membuat manusia lebih unggul dari malaikat. "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama [benda-benda] seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!'," QS. Al-Baqarah [2] 31. 2. Manusia dikaruniai akal dan pilihan untuk mempertimbangkan perkara baik dan burukSebagaimana disebutkan di atas, malaikat tidak memiliki pilihan sebagaimana manusia. Demikian juga binatang hanya dikendalikan oleh insting sehingga tidak bisa memperhitungkan yang hak dan batil. Sementara, manusia dikaruniai akal untuk mempertimbangkan baik dan buruk atas suatu tindakan atau peristiwa di muka bumi ini. Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT “Barang siapa menghendaki [untuk menjadi orang beriman] maka berimanlah, dan barang siapa menghendaki [untuk menjadi orang kafir] maka kafirlah,” QS. Al-Kahfi [18] 29. 3. Manusia memiliki fisik yang sangat baikAllah menciptakan manusia dengan fisik dan anggota tubuh terbaik sesuai fungsi dan kegunaannya. Dengan fisik yang sempurna, manusia dapat melakukan banyak hal yang tak bisa dicapai makhluk-makhluk lain di muka bumi ini. Allah SWT berfirman "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk [fisik] yang sebaik-baiknya," QS. At-Tin [95] 4. 4. Manusia adalah khalifah di muka bumiBerdasarkan kemuliaan manusia yang disebutkan di atas, Allah mengangkat derajat manusia di muka bumi ini sebagai khalifah, sebagai pemimpin yang bertugas untuk memakmurkan semesta. Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi,” QS. Al-Baqarah [2] 30. 5. Takwa sebagai indikator kemuliaanMeskipun manusia adalah makhluk yang mulia di muka bumi ini, namun yang derajat tertinggi di sisi Allah SWT adalah orang yang paling bertakwa di antara manusia itu sendiri. "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,” QS. Al Hujurat [49] 13. - Pendidikan Kontributor Abdul HadiPenulis Abdul HadiEditor Yulaika Ramadhani
0 A A. 37. VIEWS. Karena dengan adanya sifat malu seseorang dianggap hidup di dunia dan selamat di akhirat. Akan tertanam rasa malu di dalam dirinya untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang mendatangkan murka-Nya. Akan ada penyesalan di dalam dirinya ketika melakukan perbuatan yang tidak diridlai oleh Allah.Pertanyaan Jawaban Kemuliaan Allah adalah keindahan dari Roh Allah. Ini bukan keindahan buatan atau keindahan material, melainkan keindahan yang memancar dari karakter-Nya, bersumber penuh dari-Nya. Yak 110 menyebut orang kaya “kedudukannya yang rendah”, menunjukkan bahwa kemuliaan tidak berarti kekayaan atau kekuasaan atau keindahan material. Kemuliaan ini dapat memahkotai seseorang atau memenuhi dunia. Kemuliaan ini bisa terlihat dalam diri manusia dan dunia, namun bukan berasal dari keduanya; melainkan dari Allah. Kemuliaan manusia adalah keindahan yang berasal dari roh manusia, yang bisa saja salah dan cepat berlalu, dan karena itu dapat mempermalukan – seperti yang dinyatakan ayat itu kepada kita. Namun kemuliaan Allah, yang terwujud dalam semua atribut ilahi-Nya, tidak akan pernah berlalu. Kemuliaan-Nya itu bersifat kekal. Yes 437 mengatakan bahwa Allah menciptakan kita dalam kemuliaan-Nya. Dalam konteks di ayat lain, ini berarti manusia “memuliakan” Allah karena melalui manusia kemuliaan Allah dapat terlihat dalam segala hal seperti kasih, musik, kepahlawanan, dan sebagainya – hal-hal yang berasal dari Allah yang kita bawa “dalam bejana tanah liat” 2 Kor 47. Kita adalah bejana yang “mengandung” kemuliaan-Nya. Segala hal dapat kita lakukan dan kita temukan dalam Dia. Allah berinteraksi dengan alam dengan cara yang sama. Alam menunjukkan kemuliaan-Nya. Kemuliaan-Nya ini tampak dalam pikiran manusia di dunia dalam berbagai cara, dan seringkali dengan cara berbeda-beda bagi setiap orang. Seseorang dapat merasa senang dengan melihat pegunungan, sementara seseorang yang lain dapat menyukai keindahan lautan. Namun di balik semuanya itu kemuliaan Allah berbicara pada setiap manusia dan menghubungkannya dengan Allah. Melalui cara ini, Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia; tidak peduli apa ras, budaya, atau lokasi mereka. Seperti Maz 191-4 mengatakan, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.” Maz 7324 menyebut surga sebagai “kemuliaan”. Itu sebabnya kita sering mendengar orang Kristen menyebut orang yang telah meninggal sebagai ciptaan “yang diangkat dalam kemuliaan,” meminjam ungkapan dari kitab Mazmur. Ketika orang Kristen meninggal, ia akan diangkat ke hadirat Allah, dan dalam hadirat Allah ia akan dilingkupi oleh kemuliaan Allah. Ia akan diangkat ke tempat di mana kemuliaan Allah benar-benar tinggal – keindahan Roh Kudus akan tinggal di sana karena Ia akan berada di sana. Lagi-lagi, keindahan Roh Kudus atau esensi Allah adalah “kemuliaan”-Nya. Di tempat tersebut, kemuliaan-Nya tidak perlu datang melalui manusia atau alam, melainkan terlihat secara jelas, seperti disebutkan dalam 1 Kor 1312, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.” Dalam pandangan duniawi, kemuliaan ialah keindaha yang bertumpu pada hal material dari dunia Maz 3720, Maz 4917. Dalam pandangan tersebut, kemuliaan pasti akan lenyap. Alasan kemuliaan itu lenyap dikarenakan hal yang terkait materi tidak bersifat kekal. Setiap benda akan menjadi kering dan layu, namun kemuliaan yang melekat padanya tetap merupakan milik Allah, dan akan kembali kepada-Nya ketika kematian menjemput benda tersebut. Pikirkan tentang orang kaya yang sebelumnya dibahas. Ayat tersebut menyatakan, “orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput.” Apa maksud hal tersebut? Ayat ini menegur orang kaya untuk menyadari bahwa kekayaan, kekuasaan, dan keindahannya berasal dari Allah, maka ia harus rendah hati dengan menyadari bahwa Allah sendiri yang menjadikannya demikian, dan memberikan segala hal yang dimilikinya saat ini. Dengan mengetahui bahwa ia akan mati seperti rumput, maka ia seharusnya sadar bahwa Allah sendiri yang memberikannya kemuliaan itu. Kemuliaan Allah adalah sumber, mata air tempat segala kemuliaan terkecil berasal. Karena Allah adalah sumber kemuliaan, Ia tidak akan mengizinkan adanya anggapan bahwa kemuliaan bisa datang dari manusia, ciptaan manusia, ataupun dari alam semesta. Dalam Yes 428, kita dapat melihat kecemburuan Allah mengenai kemuliaan-Nya. Kecemburuan mengenai kemuliaan-Nya datang ketika Paulus berbicara dalam Rom 121-25 ketika ia menjelaskan mengenai cara umat menyembah ciptaan mereka ketimbang menyembah Sang Pencipta. Dengan kata lain, mereka lebih melihat obyek dimana kemuliaan Allah terwujud, ketimbang memuliakan Allah karena hal itu. Mereka malah menyembah binatang atau pohon atau manusia lain karena keindahan yang berasal dari benda tersebut. Ini adalah inti penyembahan berhala yang sangat umum ditemukan. Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan ini. Kita telah “menukar” kemuliaan Allah dengan “kemuliaan manusia.” Ini kesalahan yang terus-menerus dilakukan umat manusia percaya kepada hal duniawi, hubungan yang duniawi, kekuatan atau talenta atau keindahan yang berasal daripadanya, ataupun bersandar kepada kebaikan yang mereka lihat pada manusia lain. Namun, ketika hal-hal tersebut hilang dan gagal memenuhi tujuannya, orang-orang menjadi putus asa. Apa yang kita perlukan ialah menyadari bahwa Allah itu tak berubah. Dalam kehidupan, kita akan menyadari bahwa hal itu terwujud di sini dan di manapun, di dalam diri seseorang, di hutan, ataupun melalui kisah kasih atau kepahlawanan, fiksi atau non-fiksi, ataupun kehidupan pribadi kita. Namun, pada akhirnya hal itu akan kembali kepada Allah. Satu-satunya cara untuk bisa sampai kepada Allah hanyalah melalui anak-Nya, Yesus Kristus. Kita akan menemukan sumber dari segala keindahan dalam diri-Nya, di surga, jika kita tinggal di dalam Kristus. Tidak ada yang akan hilang dari diri kita. Setiap hal yang lenyap dalam kehidupan ini akan kita temukan kembali di dalam Dia. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apakah yang dimaksud dengan kemuliaan Allah itu?ADVERTISEMENT Sebagai manusia pilihan Allah yang menjadi suri tauladan bagi umat, para rasul memiliki sifat-sifat mulia yang selalu melekat dalam dirinya. Sifat wajib Rasul tersebut ada empat, yakni sidiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Berikut ini adalah penjelasannya:
Connection timed out Error code 522 2023-06-16 142400 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d83b6035976419c • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Jikasifat-sifat Allah lainnya pada umumnya dianjurkan untuk diteladani manusia, seperti sifat kasih sayang, sabar, pemaaf, dll, namun tidak demikian halnya dengan sifat sombong ini. Sifat ini hanya boleh dimiliki Allah, tidak boleh dimiliki makhluk Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan lainnya, Allah Taala berfirman,